my own short story
SEPATU AKU SEPATU KELAS AKU
"Aku benci hari Senin. Hari ketika aku harus bangun pagi setelah kemarin aku bangun siang, hari ketika seragam putih-putih terlihat di setiap sudut sekolah, hari ketika aku berdiri di lapangan di bawah sinar matahari pagi sambil menghormati bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan hari ketika aku merasa hidup aku payah. Sekali lagi, aku benci hari Senin. Tidak terkecuali Senin minggu ini.
Setelah upacara yang begitu membosankan, aku ke kantin membeli es teh dan risol lalu aku kembali ke kelas. Suasana kelas aku seperti biasa, rame dan berisik. Aku gabung dengan beberapa temanku yang sedang mengobrol di depan kelas. Baru saja aku duduk, tiba tiba Alia nyeletuk ,
“Ngapain lo Gra disini?diajak?. Jadi males gue ngobrol ada lo Gra”
Aku bingung dengan sikap Alia. Aku tau sifat Alia. Baik, tomboy, dan kadang jutek. Kata Alia, dia kalau jutek cuman bercanda. Tapi kali ini aku melihat Alia jutek yang serius
“Kenapa lo Al? haha lagi PMS ya lo?” kata aku berusaha untuk tenang dan sedikit bercanda agar juteknya Alia hilang. Tapi aku salah, Alia semakin jutek dan nyolot
“Gue lagi ga bercanda Gra. Gue males sama lo” Alia menunjuk aku dengan muka sangat nyolot lalu dia pergi
Aku cuman bisa bengong menatap kepergian Alia. Aku mikir, ada salah apa aku sama dia. Setau aku, dia kalau jutek sama orang gak samapi sebegininya
“Alia kenapa sih?” tanya aku kepada Teta dan Ami, kedua teman dekat Alia yang kebetulan duduknya tidak jauh dari aku
“Ada masalah kali sama lo” kata Ami. Aku semakin bingung
“Hah?ada masalah sama gue? Masalah apaan?”
“Lah mana gue tau, coba tanya aja” kata Ami
Tiba-tiba teman dekatku, Tedjo yang kebetulan ada disitu. Nyeletuk,
“Tau, kalau ada yang ngediemin lo ga jelas kayak Alia. Lo tanya kenapa dia”
“Gue sih mau aja nanya Djo. Tapi gue males kalo respon Alia entar kayak gitu”
“Gra kalo males lo pelihara terus. Hidup lo ga bakal jalan” kata Tedjo, nadanya sedikit nyolot. Tapi aku sudah terbiasa dengan nada Tedjo seperti itu, kalau Tedjo nada bicaranya udah kayak gitu. Aku berusaha buat ga cepet emosi. Berfikir positif aja, mungkin maksud Tedjo baik baik perduli dengan aku yang mana aku ini sahabatnya. Tapi cara Tedjo menyampaikannya sedikit keras jadi aku memakluminya.
“Iya entar istirahat kedua gue minta maaf sama dia” kata aku, menyerah. Aku sepintas melirik ke Alia tapi muka Alia masih sama seperti tadi. Jutek.
-~-
Tadinya aku ingin minta maaf kepada Alia, tetapi suatu hal terjadi di pelajaran Agama Islam. Suatu hal yang membuat aku enggan minta maaf kepada Alia.
Entah kenapa setiap pelajaran Agama Islam aku selalu ngantuk. Bukan karena aku kafir ya, tapi ya aku juga gatau kenapa aku selalu ngantuk setiap pelajaran ini. Aku ingin cuci muka tetapi pasti gaboleh keluar karena gurunya galak. Akhirnya aku mencuri kesempatan untuk tidur ketika gurunya sedang mencatat di papan tulis.
Baru saja aku memejamkan mataku. Tiba-tiba Alia yang kebetulan duduknya dibelakang aku, teriak
“Pak, Agra tidur Pak”
Aku reflek, aku langsung bangun dan menoleh ke Alia
“Berisik lo Al, gue kan ngantuk” kata aku, sedikit kesal
“Lo ngantuk? . Tidur dirumah bukan dikelas. Kelas tuh buat belajar” kata Alia semakin nyolot dan nada bicaranya semakin kencang
“Bacot lo Al! Kayak lo gapernah tidur dikelas aja deh. Jangan sok sempurna lo jadi orang” kata aku, suara aku semakin kencang
Kami berdua terus teriak-teriakan. Padahal di depan ada guru Agama Islam aku.
“Alia , Agra berhenti!” teriak Pak Seno, guru Agama Islam aku. Aku dan Alia otomatis berhenti teriak-teriakan. “Kalian berdua berdiri di depan sambil angkat kaki dan jewer kuping! Cepat!”
Aku dan Alia berjalan lemas ke depan dan menjalankan hukuman dengan pasrah.
-~-
“Sialan lo Gra, gara-gara lo gue dihukum. Makin hancur nama gue dimata guru-guru” teriak Alia setelah Pak seno meninggalkan kelas dan itu waktu istirahat kedua. Niat awal aku untuk meminta maaf kepada Alia berubah menjadi perang mulut dengan Alia, masalah semakin runyam.
“Hah? Gara-gara gue? Ngaca! Kalo lo tadi ga ngebangunin gue. Ga bakal kayak gini”
“Makanya jangan tidur dikelas. Ngerusak pandangan banget sih”
“Eh sekarang gini deh, lo kalau tidur dikelas gapernah gue bangunin kan? Ga pernah gue teriakin kan? Mikir tuh pake otak Al jangan pakai bacot”kata aku semakin emosi
“Sialan banget sih lo Gra!”
Aku semakin emosi, begitu juga dengan Alia. Kalau kayak gini ademnya pasti lama. Teman-teman berusaha menenangkan kami berdua. Aku melihat Ami dan Teta sedang menenangkan Alia.
Dan aku ditenangin oleh ketiga temen aku. Tedjo,Ardi, dan Bena.
“Udahlah Gra, dia itu cewe. Dia itu bukan lawan lo” kata Bena, menenangi
Emosi aku semakin memuncak. Aku semakin kesal. Aku lalu teriak
“Iya, dia cewe. Tapi cewe ga ada yang seaneh dan sejutek dia!!!” aku menunjukAlia dengan sangat kesal
“Dan cowo juga ga ada yang selembek lo! Baru diginiin aja emosinya udah kayak orang PMS! Sensitif lo” teriak Alia , juga menunjuk aku
“Sialan lo Al!” teriak aku makin kesal. Aku lalu pergi meninggalkan kelas dan situasinya yang menyebalkan.
-~-
Aku kesal, aku marah, aku muak. Aku tidak menyangka alia mempunyai sifat seaneh itu. Aku bener-bener ga nyangka.
Aku melarikan diri ke perpustakaan. Aku bukan lari dari masalah. Aku hanya muak dengan masalah. Aku butuh beberapa menit saja untuk menyegarkan pikiran. Setelah otakku sudah segaran dikit. Aku kembali menghadapi masalah itu
Pas aku lagi nenangin pikiran di perpustakaan, tiba-tiba Tedjo,Ardi, dan Bena menghampiri aku.
“Agra” sapa mereka bertiga
Aku cuman menoleh, sedikit senyum dan kembali membaca majalah. Mereka menarik kursi yangada disamping aku dan duduk disitu.
“Gra udahlah dia itu cewe gra, dia itu bukan lawan lu. Cewe kalau makin diadu bacotnya makin jadi” kata Bena
“Iya gue tau dia cewe Ben. Tapi gue gasuka aja sama sifat dia yang tadi. Bikin orang kesel aja”
“Sekarang gini deh Gra, lo emang punya hak buat kesel sama orang, tapi liat dulu siapa lawan lo gra. Kalo dia itu cowo boleh lah lo adu bacot kayak tadi tapi dia cewe Gra. Lo gak malu apa berantem sama cewe” kata Ardi
Aku diam, kata-kata Ardi bener juga. Gak seharusnya aku bersikap kayak tadi
“Gra lo inget ga Jumaat kemaren pas gue lagi berantem sama Oci, lo bilang gini ke gue ‘Djo, semua masalah pasti ada hikmahnya’ sekarang gue yang bilang gitu ke lo. Gra, semua masalah pasti ada hikmahnya. Dibalik masalah ada pelajaran dan juga ada senyuman. Sebenarnya ini bukan masalah Gra. Ini pelajaran buat lo, agar lo dewasa. Agar lo ga gampang emosi ngadepin masalah” kata Tedjo, aku semakin terdiam. Aku mikir, aku kayak anak kecil. Kayak gini aja aku emosian. Bener kata Tedjo, ini pelajaran bukan masalah. Pelajaran yang ngebangun aku untuk dewasa. Berkat nasihat mereka, aku udah gak emosi lagi. Aku udah tenang.
“Makasih ya nasihatnya. Berguna banget buat gue” kata aku
“Haha itu gunanya temen Gra, tenangin teman kalau lagi ada masalah dan jadi badut buat ngibur dia haha” kata Bena, menghibur aku
“Haha iya, makasih ya sob”
“Haha sip tenang aja ama kit amah” kata Tedjo
“Haha yaudah yok kekelas udah mau bel juga kayaknya” kata Ardi, sambil melihat jam tangannya
Benar kata Ardi, beberapa menit kemudian bel. Aku dan yang lain kembali ke kelas.
-~-
Jam pelajaran berikutnya kosong. Teman-temanku sedang mengobrol di depan. Aku sedang tidak niat gabung dengan mereka. Aku mengasingkan diri, duduk di bangku paling belakang, sambil dengerin lagu dan corat-coret gajelas di kertas.
Tiba-tiba Alia menghampiri aku, dengan muka lebih halus dan tidak jutek
“Agra” sapa Alia
Aku menyadari kehadiran Alia. Aku melepas headset dan berbicara kepada Alia
“Kenapa? Mau berantem lagi?” tanya aku, sedikit nyolot
“Enggak, gue mau minta maaf” kata Alia, dari mukanya sih dia tulus minta maaf sama aku.
“Maaf karena apa?”
“Tadi gue bikin kesel lo”
“Oh nyadar bikin kesel orang?”tanya aku, aku tidak tau kenapa aku yang nyolot sekarang
“Nyadar dan gue mau minta maaf”
Aku sedikit luluh dengan maaf nya Alia. Aku luluh karena Alia sadar dengan salahnya dan minta maaf.
“Yaudah” kata aku. Aku sudah memaafkan Alia tapi tetap saja aku masih sedikit kesal
Tiba-tiba teman-teman kelasku pada menghampiri kami
“Udah baikan Al?” tanya Ami
“Udah” jawab Alia singkat
“Waaa bagus deh jadi gak teriak-teriakan lagi haha” kata Teta berusaha untuk menghibur mencairkan suasana
“Gra tapi muka lo kok masih cemberut gitu Gra?Masih kesel ya lo?” kata Tedjo, ternyata dari tadi dia memperhatikan aku
“Iya Gra, lo masih kesel ya?” tanya Alia
“Ga kok biasa aja” kata aku, sambil mencoret-coret ga jelas di kertas
Aku menyadari, terjadi percakapan kecil antara mereka, tetapi aku mengabaikan hal itu.
“Gra biar lo ga bete lagi, nih ada sesuatu buat lo” kata Alia, menyodorkan sebuah kado bersampul warna kuning. Aku penasaran apa isinya ini? Tapi yang membuat aku lebih pensaran, apa tujuan mereka?
Lalu aku bertanya dengan mereka, “Ini apaan?”
“Kado buat lo Gra” kata Alia sambil senyum tidak ada lagi kejutekan di mukanya
“Dari?”
“Dari kita lah Gra” kata Ami
“Dalam tujuan apa nih?”
“Kado ulang tahun buat lo Gra” kata Bena
“Tapi kan ulang tahun gue udah lewat” kata aku, semakin tidak mengerti.
“Gra 2011 lagi ngetrend tau ngasih kado ulang tahunnya belakangan” kata Bena
Aku tertawa
“buka dong Gra” kata Tedjo
Lalu teman-temanku ikut-ikutan teriak “Iya Gra, buka dong kadonya”
Aku membuka kado itu, kertas demi kertas. Akhirnya, tinggal kardus sepatu converse berada di depan mataku. AKu mikir, gak mungkin sepatu converse. Mungkin Cuma kardus doang isinya beda. Eh pas aku buka kardusnya, beneran sepatu converse hitam isinya. Aku benar-benar kaget.
“Sepatu?” kata aku sambil mengeluarkan sepatunya dari kardus
“Iya gra, sepatu buat lo dari kita-kita” kata Tedjo
Aku bingung
“Maaf ya Gra kita cuman bisa ngasih ini doang ke lo” kata Teta
“Ya ampun, ini aja udah berharga banget buat gue. Makasih ya semua.” kata aku sambil memegang sepatu itu. Jujur, aku masih gapercaya. Ternyata teman-teman aku perduli sama aku. Sampai aku dikadoin sepatu kayak gini. Bener-bener bersyukur banget punya temen kayak mereka.
“Gra dipakai dong sepatunya” kata temen-temen aku, aku mencopot sepatu aku yang lama dan memakai sepatu aku yang baru
“Gra gra” panggil Alia
“Apa Al?”
“Tau gak? Tadi gue marah cuman bohongan tau haha ini smeua udah direncanain haha maaf ya gra”
Jadi aku dikerjain? Menyebalkan “makasih ya makasih udah bikin gue marah-marah hari ini haha”
“Tapi terobati kan degan sepatunya?hehe” celetuk Ardi
“Haha iya”
Tedjo tiba-tiba juga nyeletuk “Tapi Gra nasihat gue yang tadi di perpustakaan itu beneran loh hah ajangan dilupain ya sob nasihat gue tadi haha”
“Haha tenang Djo, nasihat lo yang tadi ga bakal gue lupa haha”
Bener kata Tedjo, semua kejadian pasti ada hikmahnya. Semua masalah pasti ada pelajarannya dan dibalik maslaah itu pasti ada senyuman. Aku jadi teringat lagunya sherina yang ‘lihatlah lebih dekat’ jadi, segala sesuatu yang kita alami jangan dihadapi dengan emosi, kita harus melihat sesuatu tu lebih dekat agar kita dapat menilai secara bijaksana."
Komentar
Posting Komentar